Wednesday, March 12, 2008

Perbincanganku dengan istri yang suaminya dituding teroris di Malaysia


Hanifah dan Aisyah Hana, istri dan anak Adi Utomo yang ditahan pemerintah Malaysia tanpa sidang sejak lima tahun lalu.


Istri mana pun pasti berduka jika suaminya dipenjara.Terlebih lagi jika itu terjadi tanpa sekelumitpun penjelasan.Hanifah,adalah salah satunya.Sejak lima tahun lalu,Adi Utomo,suaminya ditangkap polisi Diraja Malaysia.Bagaimana keluh kesahnya ?
========================================================================================
Hujan deras disertai kilat petir dan angin ribut mengiringi kedatangan Hanifah di Gedung Umat Islam Kartopuran ,Serengan, Solo. Dengan menggendong Aisyah Hana Husaidah,3,5, putri semata wayangnya,Hanifah datang bersama Ny. Bariyah,mertua sekaligus ibu kandung Adi Utomo. Ny. Bariyah datang dari Bauresan,Giritirto,Wonogiri. Sedang Hanifah berangkat dari rumahnya Takeran, Magetan,Jawa Timur.

Rombongan kecil ini langsung naik ke lantai dua gedung tersebut.Tampak beberapa titik air membasahi kain >burkha< yang membalut tubuh Hanifah.Percikan air hujan juga terlihat di pakaian yang dikenakan Ny. Bariyah dan Aisyah Hanna.“Silahkan duduk di sini,”ujar Khalid Syaifullah,direktur eksekutif Front Perlawanan Penculikan (FPP) sambil menunjuk deretan kursi plastik di sudut ruangan lantai dua gedung tersebut.

Khalid menjelaskan,kedatangan Hanifah tersebut dalam rangka mencari penjelasan atas nasib suaminya ke Jakarta.Menurutnya,rombongan Hanifah adalah satu dari tujuh keluarga yang hendak ke Jakarta untuk menemui menteri luar negeri dan legislator di DPR-RI. Semuanya memiliki masalah yang sama yakni ada anggota keluarga mereka yang ditangkap polisi Malaysia tanpa penjelasan sejak beberapa tahun lalu.Beberapa dari tangkapan itu kemudian dideportasi ke Philipina “Lebih jelasnya,silahkan tanya langsung pada yang bersangkutan,”ujar Khalid.

Hanifah mengatakan,pada awalnya,Adi Utomo pamit hendak bekerja ke luar pulau Jawa. Sebelumnya,kata Hanifah,dia dan suaminya membantu Ny.Bariyah berdagang di pasar Kota Wonogiri.”Pamit pergi Juni tahun 2003. Katanya mau berdagang di luar pulau Jawa bersama temanya. Saat itu saya mengandung enam bulan,” katanya.

Hingga hampir setahun berikutnya, Adi Utomo tak memberi kabar apa pun. Baru pada bulan Februari 2004, Adi mengirim sepucuk surat kepadanya.Bukan kabar baik yang tertulis di surat itu.Tapi,yang ada adalah kabar mengejutkan.Ssuaminya mengabarkan ditangkap polisi Malaysia.Adi juga mengatakan sedang ditahan di penjara Sabah dengan tudingan bermasalah dengan izin tinggalnya di Malaysia.

Kabar mengejutkan itu terang saja membuat Hanifah dan mertuanya terkejut.Namun,dia mengaku tidak bisa berbuat apa-apa. Dia hanya bisa menunggu kabar berikutnya dari Adi Utomo. Dalam proses menunggu kabar itu,Hanifah memilih kembali ke rumah orang tuanya di Takeran, Magetan, Jawa Timur. “ Saya pulang ke Magetan,” katanya sambil membetulkan posisi Aisyah Hana yang tertidur di pangkuanya.

Dua bulan berikutnya, Adi kembali mengirim surat. Surat ini pun kabar yang menggembirakan.Tapi, kabar yang datang tetap kabar tak mengenakkan. Kali ini,Adi Utomo mengatakan penahanannya dipindahkan ke penjara di Perak, Malaysia.” Semua surat yang saya terima adalah surat pribadi yang ditulis suami saya dari penjara . Hingga sekarang pun belum ada surat pemberitahuan dari Departemen Luar Negeri maupun surat dari pemerintah Malaysia yang menerangkan suami saya,” katanya.

Tidak hanya soal pemindahan tempat penahanan. Tapi dalam surat kedua itu , Adi Utomo juga memberitahukan bahwa dirinya ditahan dengan jeratan hukum yang oleh pemerintah Malaysia dituangkan dalam Internal Security Act (ISA). Bahasa umunya, Adi Utomo oleh pemerintah Malaysia dituding terlibat perencanaan aksi terorisme.“Hingga bulan ini , sudah empat tahun suami saya ditahan tanpa persidangan di Malaysia. Dan belum ada kepedulian dari pemerintah Indonesia ,” lanjut Hanifah kemudian.

Hanifah mengaku terus dihinggapi kesedihan dan kegelisahan.Sebab , suaminya dicap sebagai teroris. Kesedihan itu semakin berasa ketika Aisyah Hana, anaknya yang sekarang berumur lebih dari 3,5 tahun, menanyakan ayahnya. “Sekarang dia sudah bisa menanyakan di mana ayahnya.Sering dia melakukan itu. Dan saya hanya bisa menjawab ayahnya sedang belajar,” lanjut Hanifah pelan.

Disinggung mengenai kehidupannya kini,Hanifah mengatakan bekerja serabutan di Magetan. Kadang dia menjadi buruh,menjahit,dan kadang dia menjadi pengepul buah di kampungnya. “ Saya harus bertahan hingga ada kejelasan mengenai suami saya. Saya berharap semua ini segera selesai. Dan suami saya bisa berkumpul kembali dengan saya. Saya tidak percaya suami saya terlibat terorisme. Selama ini , saya hanya bisa berkomunikasi denganya melalui surat. Dia pernah beberapa kali telepon. Katanya dipinjami polisi, ” tandasnya.

Senada dengan Hanifah,Ny. Bariyah pun mengaku mengalami kesedihan terkait nasib anaknya itu.Dia mengaku,sejak Adi Utomo ditahan , dia mengaku beberapa kali menerima telepon. Dalam telepon itu, Adi mengatakan kondisinya baik-baik saja. Adi juga meminta ibunya tidak terlalu memikirkan kondisinya. “ Dia itu anaknya humoris. Jadi pas telepon dia lebih banyak bercanda. Katanya dia nggak terlibat teroris.Itu hanya tuduhan polisi di sana. Dan saya percaya anak saya,” katanya.

Selain itu , dia berharap pemerintah mau terlibat untuk mengurusi anaknya. Dengan keterlibatan pemerintah , dia yakin anaknya bisa segera pulang ke Indonesia. “ Dan kami bisa berkumpul lagi. Saya sedih bila memikirkan ini. Saya nggak percaya anak saya teroris. Anak saya itu anak baik. Makanya , ketika ditawari untuk ke Jakarta guna menemui orang di Departemen Luar Negeri, saya langsung mau ikut. Sekalian mendampingi anak menantu saya,” katanya.

Sesaat sebelum kedatangan rombongan Hanifah , rombongan keluarga Abdulah Zaini, asal Trembus, Rembang, Jawa Tengah, juga tiba di gedung Umat Islam Kartopuran.Sama seperti Adi Utomo, Zaini juga ditangkap oleh polisi Malaysia dengan tudingan pelanggarana izin tinggal. Tapi, jeratan itu kemudian berkembang menjadi tudingan terorisme. Malaysia dengan ISA nya pun kemudian memperpanjang penahanan Zaini tanpa proses persidangan. Bahkan kemudian , entah bagaimana ceritanya, Zaini dideportasi ke Philipina.

Yasriah , adik kandung Zaini menuturkan, kakaknya tersebut berangkat ke Malaysia sekitar tahun 2001.Zaini pamit hendak belajar di salah satu perguruan tinggi di sana.Tapi,tiga tahun kemudian,sekitar awal tahun 2004, Zaini mengirim surat ke keluarganya.Dalam surat yang ia tulis dari penjara itu, dia mengatakan ditangkap polisi.“Katanya penyalahgunaan izin imigrasi.Tapi kemudian dituduh terlibat teroris.Malah kemudian kakak saya dipindah ke Philipina.Selama ini,tidak ada pemberitahuan dari pemerintah sini atau pemerintah Malaysia,” kata Yasriah terisak.

Sementara itu,menurut data di FPP, selain Adi Utomo dan Abdulah Zaini , saat ini terdapat sedikitnya enam orang lainnya yang sama-sama ditangkap di Malayisa dengan tudingan awal penyalahgunaan izin tingal. Namun , tudingan itu berubah menjadi sangkaan terlibat aksi terorisme. Mereka adalah Syaifullah Ibrahim- asal Batang, Jawa Tengah-- Ahmad Faisol—asal Ngawi--, Syaifudin, Didi Rusdian,M Nasir,Mahmud S –empat nama terakhir alamatnya tidak terdapat di data FPP--. “ Tapi mereka kini ada di penjara Philipina .Hanya Adi Utomo yang di penjara Malaysia,” ujar Khalid Syaefullah.

Dia menambahkan,data-data tersebut hanyalah yang muncul di permukaan. Khalid menyakini , masih ada puluhan warga Indonesia yang ditahan di luar negeri. “ Selain mereka di Philipian terdapat tiga orang lagi. Namanya masih kami lacak. Ada juga di Pakistan dan Afganistan. Karena itu , kami berharap ini menjadi perhatian pemerintah. Karena bagaimanapun mereka adalah warga Indonesia. Jadi sudah sewajarnya kalau pemerintah terlibat. Tapi ini , pemerintah sama sekali tidak >cawe-cawe<, “ tegas Khalid.

Terkait harapanya ke pemerintah itu, FPP bersama Tim Pengacara Muslim (TPM) Jawa Tengah dan TPM Pusat sepakat untuk mengkonfirmasikan kondisi para tahanan di luar negeri itu kepada Departemen Luar Negeri. Sebagai penguat,FPP sengaja mengajak keluarga korban untuk menanyakan kerabatnya yang ditahan di luar negeri itu kepada pemerintah. “Rencananya juga akan menemui anggota DPR-RI. Malam ini kami berangkat ke Jakarta bersama tujuh keluarga,” tandas Khalid. (*)