Wednesday, July 23, 2008

Tangan Ajaib dari Solo


Keterangan Foto : Idud tengah mengerjakan Goud Guiter pesanan Anto Hoed. Di depanya, contra bass pesanan Matez juga tengah masuk dalam tahap Finishing.

Tak banyak yang tahu bahwa banyak pemusik besar di
tanah air yang menggunakan alat musik produksi Solo.Tangan
"ajaib" yang menghasilkan beragam alat musik istimewa itu
adalah milik Dwi Nugroho alias Idud,32,.Bagaimana cerita
pemuda jebolan Sekolah Tinggi Seni Indonesia (Sekarang ISI)
Solo itu? .

Rumah sederhana yang juga menjadi bengkel Sentana Art
di Jl.Dewi Sartika, Danusuman,Serengan,Solo,itu tampak
sepi.Pintu rumah itu terlihat terbuka.Namun, tak satupun
penghuninya yang terlihat.Yang ada hanya satu set sofa warna
hijau dan dua unit sepeda motor yang terparkir di ruang yang
sekaligus menjadi ruang tamu rumah itu.

Sekian menit setelah tombol bel tertekan,seorang pria bercelana kolor dan berkaus oblong datang menjelang.Senyum ramah terlihat mengembang di bibirnya. Dia langsung mengangguk dan mengiyakanya ketika saya menanyakan apakah Idud berada di di bengkelnya.Sesaat berikutnya,dia menghilang di balik pintu.Lalu muncul seorang pemuda berambut gondrong,bercelana hitam >gombrong<

Sambil manaiki tangga kayu,dia mengatakan,saya adalah satu-satunya wartawan yang ia izinkan melihat laboratorium musiknya."Ada dari TV swasta yang mau ngambil gambar.Tapi saya belum bersedia mas.Belum siap.Bengkel saya belum jadi.Masih berantakan.Malu saya.Baru njenengan lho yang saja ajak naik ke sini, "katanya kemudian.


Ruang di lantai dua itu begitu sederhana.Ukuranya tak seberapa besar. Sedikit terasa sempit karena banyak alat musik yang berjajar di ruang itu.Itu masih ditambah dengan setumpuk kaleng cat di sudut ruangan serta >binding< (alat untuk menahan lengkungan papan kayu seusai dipanaskan,Red)yang tergantung di hampir seluruh langit-langit ruangan. Beberapa di antara alat musik itu ada yang belum jadi.
Gitar aneh ini adalah pesanan Anto Hoed Potret yang akan digunakan untuk menggarap proyek musik ilustrasi film Laskar Pelangi karya Riri Reza.
Salah satunya adalah contra bass berukuran besar pesanan Matez,bassis yang sering bermusik bersama Indra Lesmana."Ini pesenan pak Matez.Belum selesai. Saya belum dapat konfirmasi lagi apakah >spare partnya<>

Sedetik kemudian,dia meraih sebuah gitar berbentuk aneh.Bagian punggung gitar yang cembung membuatnya mirip Gambus.Tapi itu bukan Gambus.Idud menyatakan alat musiknya yang baru masuk dalam tahapan finishing itu adalah >goud guitar<. "Ini pesenan mas Anto Hoed Potret,"katanya sambil menggosokkan selembar amplas di punggung gitar "aneh" itu.

Dia menambahkan,gitar pesanan suami Melly Guslaw itu merupakan satu di antara beberapa alat musik yang dipesan kepadanya.>Goud Gitar<>
Pesanan alat musik untuk sebuah proyek eksperimental menurut Idud bukan lah yang pertama kali ia terima.Sebelumnya,dia juga mendapat kepercayaan dari Rizaldi Siagian untuk menggarap beberapa alat musik yang akan digunakan untuk konser prestisius "Megalitichum Quantum" beberapa waktu lalu.Beberapa alat musik buatanya yang dimainkan oleh Dwiki Darmawan dan teman-temanya pada konser itu adalah beragam Perkusi,Gordang Tano,Gambus,Gitar dan Bass.

"Infonya konser itu mau dipertunjukkan lagi di Amerika.Tapi belum tahu kapan. Ada juga beberapa lata saya yang digunakan dalam Java Jazz Festival.Yang pesan pak Peter F Gonta,"imbuhnya.

Penggunaan alat musik buatanya dalam konser itu diakui Idud mendatangkan kepuasan.Tapi,itu bukanlah yang paling fenomenal dalam kariernya.Yang paling istimewa menurutnya adalah ketika diminta membuat duplikat biola milik WR Supratman (komponis lagu Kebangsaan Indonesia Raya).Proses pemesanan biola yang kini dipamerkan di museum Sumpah Pemuda Jakarta itu sendiri menurutnya terbilang unik dan mengejutkan.

Awalnya,dia didatangi serombongan orang.Kala itu,mereka hanya mengaku mengetahui namanya dari komunitas musik di Institut Kesenian Jakarta (IKJ). Mereka datang dan hanya menanyakan pengetahuanya perihal biola.Mulai dari bahan hingga suara yang dihasilkan.Hal itu terjadi selama beberapa hari berturut-turut."Saat itu mereka juga nggak asal usulnya.Tapi karena mereka tamu,ya saya layani baik-baik,"lanjut Idud.

Memasuki hari ke tujuh,mereka datang lagi dengan jumlah yang lebih banyak.Mereka datang dengan membawa bungkusan kardus besar.Di antara mereka terdapat empat orang berbadan tegap dan berambut cepak dengan stelan safari di tubuhnya.Mereka terlihat "mengepung" kardus itu.Beberapa saat berikutnya,salah satu orang itu membuka kardus tersebut.

Ternyata,tidak hanya selapis kardus.Tapi ada banyak lapisan pembungkus. Dan setelah terbuka,munculah sebuah biola tua dengan kondisi memprihatinkan. Bahkan,menurut Idud,kondisinya sudah jelas tak mungkin bisa dimainkan dengan sempurna.Namun,Idud mengaku tahu itu adalah biola langka yang mungkin usianya sudah seratusan tahun.Salah seorang lainnya langsung mengatakan itu adalah biola milik WR Supratman.

Idud pun mengaku lemas dalam kebanggaan karena bisa secara langsung menyentuh biola bersejarah itu.Saat itu ,dia juga memberanikan diri untuk memegang serta mencoba menyetel biola itu."Suaranya ternyata masih bagus.Dan setelah itu,saya semakin lemes setelah mereka meminta saya untuk membuatkan duplikatnya.Bahan dan kualitasnya pun harus nyaris sama,"katanya.

Tantangan mengejutkan itu pun dijawab Idud dengan perjuangan.Kayu bahan biola itu ia datangkan dari sebuah negara di Eropa.Dan,setelah beberapa waktu lamanya,pesanan itu selesai."Ya lalu diambil.Dan sekarang dipajang di museum Sumpah Pemuda di Jakarta.Ada sertifikatnya.Kalau soal nominalnya,saya sudah teken kontrak untuk tidak memberitahukanya," kata Idud tersenyum.

Order biola yang juga meninggalkan kesan baginya adalah yang datang dari seorang warga Yaman.Selain dihargai Rp 12 juta per unitnya,Idud mengaku mendapat hadiah istimewa.Hadiah itu berupa sebuah motor besar yang kini ada di rumahnya.Selain itu,pria tersebut sekarang menjadi salah satu >chanel<>

Idud mengaku,selain skill,kayu bahan baku adalah keistimewaan lain alat musik ciptaannya. Kayu itu adalah kayu pilihan.Dan yang paling sering,ketika memesan alat musik,pemusik sekelas Inisisri,Sawung Jabo,Matez dan Wong Akshan selalu menunjuk bahan bakunya.Biasaya,kata Idud, mereka minta dibuatkan alat musik berbahan kayu jenis >tiger graind<>

"Makanya butuh waktu lama.Karena kayunya harus pesan dulu.Saya nggak mau pakai kayu lapis.Kualitas adalah yang terpenting bagi saya.Di Indonesia,kayu yang kualitasnya mendekati kayu itu adalah cendana >lanang<>sana keling<. Tapi pemusik Indonesia pasti minta yang dari luar negeri.Kebalikanya,kalau ada pesanan dari luar negeri,mereka pasti minta bahanya kayu candana,sana keling dan mahoni,"imbuhnya.

Lantas,berapa Idud menghargai hasil karyanya yang kini berada di tangan pemusik kondang tersebut?.Sambil tersenyum, dia mengatakan tak pernah menyebut angka kepada pemesannya.Dia sengaja membiarkan orang yang menerima alat musik ciptaanya untuk menentukan harga berdasarkan kualitas yang mereka terima

Melihat alat musiknya dimainkan oleh pemusik besar menurut Idud adalah kepuasan yang menurutnya lebih mahal dari harga semua bahan baku yang ia habiskan."Yang pasti,belum pernah ada alat musik ciptaan saya yang dikembalikan.Dan saya juga belum pernah tombok," tegasnya.

Kondangnya nama Idud dikalangan pemusik di Jakarta itu memiliki sejarah panjang dan berliku.Idud mengaku memiliki keahlian membuat alat musik itu secara turun temurun dari eyang buyutnya yang belajar membuat alat musik di Belanda.Soal koneksinya,dia mengakui itu terjadi karena peran Rahayu Supanggah dan I Wayan Sadra,dua penata musik sekaligus guru besar di ISI Solo.Dari mereka lah Idud berkenalan dengan Idris Sardi dan pemusik-pemusik besar lainnya."Lalu datanglah pesanan-pesanan itu.Ini katanya Piyu Padi juga mau ke sini api belum jadi,"katanya.

Kualitas alat musik buatan Idud, diakui oleh Sawung Jabo beberapa hari lalu.Dalam pertunjukkannya di Solo,di atas pentas dia terang-terangan menyebut gitar yang ia gunakan adalah buatan Idud.Dia memuji hasil karya Idud tersebut." Saya mau promosi ni.Ini gitar buatan cah Solo.Lulusan STSI yang kreatif.Makasih ya Dud,>aku<>