Sunday, January 11, 2009
Benarkah Nasir Abas Insaf ?
FOTO DIKUTIP DARI JAWA POS.COM (11 JANUARI 2008)
http://www.jawapos.co.id/halaman/index.php?act=detail&nid=33110
http://www.jawapos.co.id/halaman/index.php?act=detail&nid=36131
Sebenarnya sudah cukup lama saya ingin menulis unek-unek di otak saya ini.Tapi, padatnya kegiatan serta terbatasnya waktu membuat saya selalu urung menumpahkan isi kepala saya di rumah saya ini.Unek-unek itu adalah keberadaan Nasir Abbas,ipar mendiang Mukhlas (terpidana mati bom baliyang telah dieksekusi).
Sudah cukup lama ada tanda tanya besar di kepala saya mengenai sosok kakak kandung Paridah,istri Mukhlas ini.Tanda tanya itu muncul setelah ia menjadi rapat dengan Polisi.Benarkah ia tulus melakukan itu?Sedemikian mudahkah seorang Ketua Mantiqi III Jamaah Islamiyah berbalik arah?sedemikian mudahkan ia melupakan ideologi-ideologi yang begitu kuat dianut dianut almarhum trio bom Bali?
Padahal,Mukhlas,Amrosi,Imam Samudra pun bisa dikatakan seteguh karang dalam memegang keyakinan yang sama dengan keyakinan yang pernah dianut Nasir Abas.
Seandainya tidak ada teror di Mumbai beberap waktu lalu,mungkin saya sudah memendam tanda tanya itu dalam-dalam.Apalagi,Trio Bom Bali telah dimatikan.(Memang nggak ada kaitanya antara Nasir Abas dengan teror Mumbai yang saya tahu.Hanya waktunya saja yang bersamaan dengan apa yang saya alami).
Namun,tanda tanya itu muncul setelah seorang teman saya yang berada di satuan keamanan negara ini tiba-tiba menghubungi saya setelah sekian waktu putus kontak (sebut saja A).Yang dia tanyakan pada saya saat itu adalah apakah saya masih menyimpan nomor telepon Nasir Abas.
Belum sempat saya jawab sms permintaan nomor telepon itu,tiba-tiba ada lagi satu pesan yang masuk ke telepon selular saya.Kali ini pesan itu datang dari seorang anggota Tim Pengacara Muslim Jawa Tengah (Sebut saja B).Isinya sama,minta dikirimi nomor telepon Nasir Abas.Saya juga belum sempat jawab request itu.Tapi,tiba-tiba,ada lagi pesan masuk.Kali ini datang dari seorang anggota satuan keamanan (Sebut saja C).Lagi-lagi isinya minta dikirimi nomor Nasir Abas.
Datangnya request soal nomor kontak Nasir Abas secara bertubi-tubi dalam waktu yang hanya kurang dari lima menit itu memunculkan tanda tanya yang sebelumnya saya pendam mengenai Nasir Abas.(Ada apa ini?Kenapa semua nyari nomore Nasir Abas.Emang saya emaknya apa?.
Karena permintaan itu datang "beramai-ramai" saya akhirnya memutuskan untuk tidak memberikan nomor Nasir Abas yang di HP saya tersimpan dengan nama Mujahid Insaf.( Apalagi saat itu saya nggak yakin apakah nomor itu masih digunakan atau tidak.Saya juga tidak pernah menghubunginya )
Insting perburuan saya pun seketika terpicu saat itu.Si A kemudian saya telepon, untuk apa dia minta nomornya Nasir Abas.Jawabnya,hanya untuk dokumen saja. (Jelasa dia bohong. Saya kenal betul dia).Lalu saya bilang saya tidak punya.Dan sambil tertawa dia jawab "Nggak mungkin Pak. Aku kenal awakmu,".Dia meyakini saya menyimpanya (tidak salah memang terkaan itu.Tapi saya tetap tak mau ngasih dengan dalih tidak punya).
Lalu Si B pun saya tanya denga pertanyaan yang sama.Dia agak sedikit terbuka.Dia bilang Nasir Abbas sudah tiga hari tak bisa dikontak.Keberadaanya tidak diketahui. Padahal selama ini dia selalu dalam pengawasan polisi.Dia mengaku curiga jangan-jangan Nasir Abas juga ikut "dieksekusi"."Atau jangan-jangan dia dieksekusi oleh anggota JI yang merasa dikhianati.Yang saya dengar,dia jadi rebutan dua institusi besar yang sama-sama sedang mencari pengaruh dan berkepentingan dengan Nasir Abas" kata Si B dalam telepon.
SI C yang saya telepon juga nggak mau terbuka.Dan akhirnya,saya tetap tak mengirimkan nomor kontak baik kepada Si A ,Si B maupun Si C.Saya pilih menghubungi teman yang tugas di Jakarta yang pernah wawancara langsung dengan Nasir Abas.Saya tanya apakah dia juga kehilangan kontak dengan Nasir Abas selama tiga hari terakhir. " Nggak kok pak.Dia dalam keadaan aman dan keberadaan terpantau," katanya.
Selang sehari,Si A kembali menghubungi saya.Kali ini dia berbicara panjang lebar. Dia mengatakan ada kecurigaan Nasir Abas tahu banyak soal aktor sebenarnya Bom Bali selain trio yang sudah dieksekusi.Lalu saya tanyakan, kalau memang seperti itu, kenapa polisi yang dekat dengan dia tak menginterogasinya.Lalu dia jawab "Ya itu yang saya tidak tahu.Kan saya tidak di dalam," katanya.
Lalu saya tanyakan lagi,kalau memang NA insaf dan dia tahu aktornya,kan mestinya dia kasih tahu ke polisi mengenai itu.Teman saya itu menjawab dengan pertanyaan yang membuat saya kepikiran sampa sekarang."Pernah dengar cerita perang Teuku Umar?.Yang pura-pura menyerah lalu merebut senjata dan kemudian perang lagi ?" katanya saat itu.
Sebenarnya banyak lagi yang dia ceritakan.Dan tidak hanya sekali saja dia mengajak saya mendiskusikan nalisis-analisisnya.Tapi..karena berkaitan dengan banyak hal.. tak bijak rasanya kalau itu saya ceritakan di sini.
Sejak itu pun saya jadi terus bertanya.. apakah benar dugaan itu.. Walahualam....hanya waktu yang bisa menjawabnya....dan hanya Nasir Abas saja yang bisa menjawabnya... dan semoga saja Nasir Abas memang telah insaf dan kembai ke jalan kedamaian sehingga dia bisa terus membantu polisi membongkar jaringan terorisme di Indonesia . Meski ini bukan tanah tumpah darahnya. Setidaknya dia bisa mengurangi dosa Malaysia pada Indonesia.Mengingat teror bom di Indonesia selama lebih banyak melibatkan orang Malaysia (Dr. Azhari dan Norrdin M Top).
Itu masih ditambah dengan "dosa' lainnya yakni berkaitan dengan klaim sepihak atas reog,perairan Ambalat,lagu rasa sayange, dan banyak lagi. Jika itu terjadi.. maka saya mungkin tak akan berteriak "Ganyang Malaysia"..
Subscribe to:
Posts (Atom)